Saya melihat bencana ada dua macam, pertama bencana yang terjadi semata-mata diluar kekuasaan kita seperti tsunami dan gempa bumi, kedua bencana yang terjadi karena ulah tangan manusia yang merusak alam dan sama sekali tidak bisa menjaga keseimbangannya. Untuk macam bencana yang kedua ini, sudah jelas dan kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa lagi kecuali menyalahkan diri kita sebagai manusia. Mungkin diantara kita ada kelompok yang merasa dan sudah berusaha nyata untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan alam, akan tetapi ada pula diantara kita yang lain yang tidak peduli terhadap alam dan sesama sehingga merusak alam yang akhirnya terjadi bencana. Kejadian bencana alam tidak bisa membedakan kepada siapa bencana itu harus menimpa, tetapi siapa pun akan terkena akibatnya tanpa pandang bulu atau siapa berbuat apa?
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala yang ada dilangit dan dibumi, Maha Adil dan maha segala-galanya, tentunya semua yang terjadi di alam ini terjadi atas izin-Nya. Oleh karena itu, setiap bencana yang terjadi tergantung bagaimana kita menyikapinya. Apabila coba saya kelompokan, ada dua macam sifat manusia dalam menyikapi bencana yaitu ada yang menyikapi dari sisi negatif (seperti putus asa, marah-marah, pesimis, frustasi, saling menyalahkan satu sama lain, menghitung-hitung kerugian secara ekonomi, dan sebagainya) dan ada pula yang menyikapi dari sisi positif (instropeksi dan retropeksi diri dengan cara merenung dan tafakur menyadari semua kesalahan, sabar, optimis, dan sebagainya atau mungkin ada yang bersyukur). Nah untuk kata yang terakhir itu, mungkin kita bisa mengerutkan kening kita, kok bisa bersyukur ditimpa bencana? Dengan bersikap positif dan berbaiksangka kepada Tuhan, maka bencana itu bisa bukan menjadi sesuatu yang merugikan tetapi justeru sebaliknya. Mungkin saja Tuhan sedang berusaha menghapus dosa-dosa kita atau memberikan suatu anugerah dan hikmah yang kita tidak mengerti sebelumnya, tetapi akan nampak pada saatnya dan kita akan mengerti apabila kita mampu berpikir.
Melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan pesan kepada saudara-saudaraku semua terutama rekan-rekan pers baik cetak maupun elektronik, sebagaimana sering saya baca dan lihat berita terutama di media eletronik bahwasanya selalu saja dan hampir sebagian besar yang diberitakan pada waktu atau selama terjadi bencana adalah berita-berita yang menyangkut sisi kerugian semata, terutama yang sifatnya materi. Saya memohon cobalah angkat sisi positifnya, karena tidak sedikit disitu banyak cerita menarik yang bisa dan perlu diangkat. Sebagai contoh yang masih hangat adalah bencana banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya, disitu saya melihat bagaimana begitu berharganya sebuah gerobak yang mungkin biasanya sebagai penarik bahan bekas bahkan sampah bisa menjadi angkutan dengan ongkos angkut hampir mendekati tarif taxi, para pemulung barang bekas yang begitu bahagia karena tidak perlu jauh-jauh untuk mengais barang yang sekiranya berharga, para penjual generator set (genset) yang kebanjiran order, dan para pemilik bengkel yang kewalahan menerima pesanan perbaikan kendaraan bermotor pasca terendam banjir, terdapatnya lapangan pekerjaan walau sesaat bagi para pekerja kasar untuk membersihakan rumah yang kotor pasca terkena banjir, serta masih banyak lagi cerita menarik dan positif yang bisa dan perlu diangkat.
Oleh karena itu, saya melihat sudah bukan saatnya lagi kita saling menyalahkan satu sama lain, karena mungkin saja kritik yang kita lontarkan adalah kritik yang sesungguhnya ditujukan kepada diri kita sendiri, karena dalam kehidupan ini kita merupakan bagian dari sistem kehidupan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Yang diperlukan kedepan adalah bagaimana kita bisa menyikapi bencana ini sehingga menjadi sesuatu yang bisa merubah pola kehidupan kita menjadi lebih baik, bisa menghargai, menjaga dan memelihara kelestarian alam.
1 komentar:
Ya semua orang tidak ingin kena bencana tetapi bila bencana menimpa kita, mari evaluasi diri kelakuan dan apa saja hikmah dari bencana ini
Posting Komentar